Sabtu, 26 November 2011

Bumi

“Saya hanya mengajarkan hal-hal yang sederhana saja pada anak-anak. Seperti saya beritahu ke anak-anak tentang satu kantong plastik butuh waktu ribuan tahun untuk hancur. Jadi kita harus memanfaatkan plastik itu seoptimal mungkin. Misalnya kalau mereka mendapatkan plastik, plastik itu harus di simpan, kita gunakan untuk keperluan lainnya.” Demikian penuturan Nungki, ibu beranak dua ini.
Kendati negara seringkali mengabaikan keterlibatan perempuan dalam mengelola alam sebagai mitra sejajar, tidak membuat Nungki acuh terhadap lingkungan sekitarnya. Ia bersama keluarganya mengawali aksi peduli terhadap bumi dan lingkungan dengan membiasakan diri menghemat pemanfaatkan kebutuhan seperti kantong plastik, air, listrik, kertas, elpiji dan sebagainya. Nungki dan keluarganya sadar betul apa yang kini tengah diderita bumi.
Nungki dan keluarganya tinggal di sekitar Jakarta Utara. Rumahnya tidak begitu besar. Namun pemandangan bersih dan nyaman membuat siapa pun betah bertandang ke sana. Di samping rumahnya nampak beberapa permainan anak-anak yang terbuat dari bahan-bahan sisa renovasi rumah. Jungkat-jungkit dari kayu, dan ayunan yang diikat dengan menggunakan tali tambang. Bahkan udara bersih pun tak segan meniupkan aromanya melalui pohon besar yang berdiri kokoh seolah menjaga keseimbangan rumah tersebut.  
Coba kita runut ke belakang apa yang sebenarnya melukai bumi. Melihat dan mengamati kembali sejarah revolusi hijau yang konon bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan dengan menggunakan pupuk dan pestisida kimia. Bahkan pembangunan bendungan irigasi yang konon juga bermanfaat bagi para petani, kenyataannya justru sebaliknya. Tanah semakin menjauh dari plasma nutfah dan sumber mata air yang sejatinya dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan semakin menyempit bahkan berkurang.
Selain itu pilihan konsep pembangunan dengan kriteria ekonomi-kebutuhan, produktivitas dan pertumbuhan yang merupakan pembangunan ala Barat turut mewarnai musnahnya keberagaman makhluk di planet ini. Pembangunan ekonomi yang bertujuan untuk kemaslahatan masyarakat tidak pernah mengenal dan memahami sejauh mana keanekaragaman “makhluknya” akan bertahan. Atau penilaian negara tentang “bola raksasa” ini adalah suatu benda yang tidak bermuatan? Sehingga negara berhak berbuat dan memperkosa tanpa mengindahkan hak-haknya.
Hal itu menggambarkan maskulinitas pemerintah dalam mengeruk “perut bumi.” Dengan penggantian pupuk yang semula adalah kompos dengan pupuk berbahan kimia dan sebagainya justru mengakibatkan terganggunya daur ulang ekologis. Misalnya begini, hampir di seluruh daerah di Indonesia masih menetapkan bahwa pekerjaan memberi makan ternak adalah pekerjaan perempuan. Lalu perempuan pergi memotong rumput sebagai pakan ternaknya. Kemudian ampas makanan ternak yang berupa kotoran dapat digunakan sebagai kompos. Daur ulang inilah yang kemudian tergangggu. Hal itu berakibat pada hilangnya komponen rantai makanan  dalam ekosistem yang berperan sangat besar bagi bumi dan penghuninya.
Lebih parah lagi negara tidak sungkan-sungkan memperlakukan bumi sebagai the others, sebagai yang lain. Bahwa bumi dan kekayaannya adalah sesuatu yang memang layak di eksploitasi tanpa harus didengar dan dilibatkan posisinya dalam rantai makanan keberadaan makhluk hidup, penghuni bumi. Dari sinilah negara berhasil menciptakan penjara kemiskinan, pembodohan dan penindasan masyarakat, khususnya bagi perempuan.
Luka Bumi dan Perempuan
Luka bumi berakibat pada luka perempuan. Artinya perempuan dan bumi saling tergantung satu sama lain. Apa yang sudah dilakukan Nungki dan keluarganya adalah bentuk ketergantungan tersebut. Mengutip puisi Sutardji “Tertusuk padamu berdarah padaku,” seperti itulah yang dirasakan Nungki bahkan perempuan lain atas derita dan luka bumi. Meskipun hal itu menurut Nungki bukan suatu hal istimewa, namun kesadaran dan penghargaan terhadap bumi serta kenekaragamannya merupakan pelajaran penting bersama tentang sejauh mana peranan perempuan dalam menjaga keseimbangan bumi dan lingkungan.
Apalagi yang dilakukan Nungki untuk mengurangi “beban bumi”? “Buku-buku tulis anak saya, kalau masih ada sisa halamannya walaupun dibaliknya sudah terisi, di belakangnya kan masih bersih. Itu di kumpulin terus kemudian di streples, dijadikan buku. Itu dipakai untuk membuat catatan. Sebenarnya dulu saya buatkan cukup banyak, dengan sampul buku yang lama bisa diisi 40 lembar, 60 lembar. Kan lumayan,” ujar Nungki.
Sikap guru di sekolah putri pertamanya menuntut ilmu malah mengejek hasil daur ulang tersebut. “Ketika buku steplesan itu dibawa sama anak saya ke sekolah, gurunya malah bilang begini, Lia, memang orang tua kamu nggak mampu apa beliin buku, kok bukunya model steplesan,” kata Nungki menirukan.  Lihatlah! Guru yang kabarnya harus digugu dan ditiru- dipatuhi dan diikuti, justru jauh dari makna tadi.
Apa Yang Terjadi di Bumi
Akhir-akhir ini kita seringkali mengeluhkan kondisi cuaca yang kian tidak menentu. Demikian juga musibah demi musibah terus mengancam negeri ini. Banjir, kekeringan, badai dan longsor pun semakin akrab dengan planet “Bimasakti”. Apalagi harga minyak tanah yang kian meroket dan dikawal dengan kenaikan harga kebutuhan lain. Apa sebenarnya yang tengah menimpa  bumi, “rumah” kita? Apakah si “Bimasakti” telah kehilangan kesaktiannya?
Namun kebanyakan kita masih melihat kejadian-kejadian tersebut akibat umur bumi yang semakin menua. Sebagian yang lain pun menilai jika musibah yang melanda negeri ini sebagai azab Sang Kuasa atas kelalaian “penghuni bumi” yang sudah tidak bermoral lagi, terutama perempuan. Benarkah demikian?
Meskipun tidak memperoleh hasil yang mendalam, perbincangan satu jam bersama Nungki sanggup menyingkap tradisi patriarki bangsa ini. Salah satunya adalah persoalan bumi dan lingkungan yang selalu diremehkan bahkan direndahkan dan berujung pada luka bagi perempuan. Bumi dan perempuan laksana saudara kembar yang layak direduksi, ditata agar bermoral sesuai kemauan penguasa. Bahkan bumi dan perempuan seolah tidak berhak menikmati keelokannya dan dilarang menyerukan apa yang sebenarnya menusuk dan melukai keberadaanya. Pemerintah lupa bahwa bumi, manusia, dan penyangganya adalah pasangan sejajar pengisi planet bernama bumi yang saling menguntungkan tanpa menghilangkan keberadaan masing-masing. Selamat Hari Bumi! 

Minggu, 20 November 2011

Ekosistem Kelautan Daerah Pandeglang

Ekosistem Kelautan Daerah Pandeglang
BAB  I 
 PENDAHULUAN


1.1.  Latar Belakang
Daerah Kabupaten Pandeglang secara geografis terletak antara 6021’ – 7010’ LS dan 104048’ – 106011’ BT dengan luas 2.747 Km2.
Wilayah yang berada di Ujung Barat dari Porpinsi  Banten ini mempunyai batas administrasi, sebagai berikut :
F Utara          :  Kabupaten Serang
F Selatan       :  Samudera Indonesia
F Barat          :  Selat Sunda
F Timur         :  Kabupaten Lebak
Kota Pandeglang sebagai ibukota Kabupaten Pandeglang terletak pada jarak 111 km dari Ibukota Negara (Jakarta).
1.2.  Topograpi dan Geomorfologi
Bentuk topograpi wilayah Kabupaten Pandeglang daerah tengah dan selatan pada umumnya merupakan dataran dengan ketinggian gunung-gunungnya yang relatif rendah yaitu Gunung Payung (480 m), Gunung Honje (623 m), Gunung Tilu (582 m), dan Gunung Raksa (320 m), luas wilayah ini sekitar 85,07 % dari luas kabupaten.
Sementara daerah utara sekitar 14,93 % dari luas kabupaten merupakan dataran tinggi karena memiliki gunung-gunung seperti Gunung Karang (1,778 m), Gunung Pulosari (1.346 m), dan Gunung Aseupan (1.174 m).
1.3.  Iklim
Suhu udara minimum dan maksimum yang terjadi di wilayah Kabupaten Pandeglang berkisar antara 22,50C – 27,90C dengan suhu udara rata-rata 22,90 C  untuk dataran tinggi.
Banyaknya curah hujan berkisar antara 132 mm – 586 mm masing-masing untuk bulan Juli dan bulan Februari, yang secara rata-rata setiap bulannya sebesar 310,25 mm.
1.4.  Wilayah Administrasi dan Pembangunan
Kabupaten Pandeglang secara administrasi terdiri dari 35 Kecamatan, 13 Kelurahan dan 322 Desa.
Sedang menurut wilayah pembangunan, wilayah Kabupaten Pandeglang dikelompokkan atas 3 Wilayah Pembangunan (WP) yang didasarkan atas kesamaan potensi permasalahan pembangunan di setiap kecamatan. Ketiga Wilayah Pembangunan tersebut adalah sebagai berikut:
1.        Wilayah Pembangunan Pandeglang Utara, yang meliputi Kecamatan Pandeglang, Cadasari, Banjar, Cimanuk, Mandalawangi, Saketi dan  Kecamatan Bojong.
2.        Wilayah Pembangunan Teluk Lada, terdiri dari Kecamatan Labuan, Pagelaran, Munjul, Menes, Cigeulis, dan Panimbang.
3.        Wilayah Pembangunan Pandeglang Selatan, terdiri dari Kecamatan Cimanggu, Sumur, Cibaliung dan Cikeusik.
1.5.  Luas Wilayah dan Ketinggian Ibukota Kecamatan
Kecamatan-Kecamatan yang berlokasi di bagian Selatan mempunyai luas wilayah antara 10.746 Ha – 54.906 Ha, yaitu Kecamatan Cimanggu, Sumur, Cibaliung, Cikeusik, Cigeulis, Panimbang, Munjul, Bojong dan Pagelaran. Sementara di bagian Utara mempunyai luas antara 3.643 Ha – 9.857 Ha, yaitu Pandeglang dan Cadasari. Ketinggian Ibukota Kecamatan di atas permukaan laut berkisar antara 3 – 417 meter.
1.6.  Penduduk
Kota Pandeglang sebagai ibukota Kabupaten Pandeglang teretak pada jarak 111 km dari Ibukota Negara (Jakarta). Jumlah penduduk Kabupaten Pandeglang menurut catatan Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang pada tahun 2007 adalah  1.124.497 orang yang terdiri dari laki-laki 577.244 orang dan perempuan 547.257 orang dengan laju pertumbuhan dari tahun 2005 ke 2006 sebesar 1,6 %.
Karakteristik penduduk yang bisa diamati adalah tingginya penduduk usia anak   (0 – 14 tahun) yang proporsinya sebesar 34.12% terhadap total penduduk.  Usia produktif (15 – 64 tahun) mencapai 62.13%, akan tetapi yang bekerja secara produktif hanya sebesar 37.05% dari total jumlah penduduk.  Dari jumlah penduduk Kabupaten Pandeglang tersebut yang bergerak langsung pada sub sektor perikanan mencapai  27.678 orang atau 2.46%. 
    Kabupaten Pandeglang mempunyai potensi panjang pantai 230 km dengan luas daratan 274.689,91 Ha termasuk 13 buah pulau dan satu pulau terluar yaitu pulau Deli.  Selain itu mempunyai 18 sungai yaitu  14 buah yang bermuara pada selat sunda dan 4 sungai bermuara ke Samudera HindiaKabupaten Pandegang memiliki potensi sumber daya Kelautan dan Perikanan yang berlimpah yang belum dimanfaatkan secara optimal bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
            Sektor Kelautan dan Perikanan dapat menjadi unggulan dalam pembangunan di Kabupaten Pandeglang karena :
1.      Potensi besar dan beragam, terdiri dari potensi komoditas primer seperti ikan dan biota lainnya, komoditas sekunder seperti indusri olahan perikanan dan pariwisata.
  1. Potensi daya saing yang cukup tinggi dan dapat dikembangkan menjadi komoditas unggulan, baik sebagai sumber pangan maupun input produk industri.
  2. Memiliki keterkaitan ( backward dan forward linkage ) yang sangat tinggi dan kuat terhadap perkembangan sector-sektor lainnya seperti perdagangan, industri, pariwisata dan lainnya.
  3. Tingkat pengembalian dan keuntungan investasi dalam kegiatan ekonomi kelautan dan periknanan relatif tinggi.
   Dalam rangka menggali potensi Kelautan dan Perikanan yang ada di  Kabupaten Pandeglang, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang mempunyai Visi, Misi dan Tupoksi sebagai berikut :   
 VISI
  Melalui pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya alam Kelautan dan Perikanan secara rasional yang berwawasan agribisnis, mewujudkan bidang Kelautan dan Perikanan sebagai salah satu andalan Kabupaten Pandeglang di tahun 2010.
MISI
1.      Peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan, pembudidaya ikan, dan masyarakat pesisir lainnya serta peningkatan kesehatan dan kercerdasan  masyarakat melalui peningkatan konsumsi ikan.
2.      Peningkatan peran sektor Kelautan dan Perikanan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Pandeglang.
3.      Peningkatan dan pemeliharaan daya dukung serta kualitas sumber daya Kelautan dan Perikanan
TUGAS POKOK
1.            Menyelenggarakan pembinaan teknis operasional dibidang  Kelautan dan Perikanan yang meliputi eksplorasi dan ekpliotasi, konservasi, bina usaha, sarana dan prasarana berdasarkan kebijakan Bupati Kabupaten Pandeglang.
2.            Menyelenggarakan teknis fungsional dibidang Kelautan dan Perikanan, sarana dan prasarana berdasarkan kebijakan Bupati Kabupaten Pandeglang.
3.            Menyelenggarakan pelayanan teknis administrasi ketatausahaan
 FUNGSI
1.      Perumusan kebijakan teknis dibidang Kelautan dan Perikanan
2.      Pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum
3.      Pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis di bidang Kelautan dan Perikanan.
4.      Pengelolaan urusan ketatausahaan dinas.
1.7  Maksud dan Tujuan
            Maksud disusunnya buku saku ini adalah memberikan gambaran potensi Kelautan dan Perikanan yang ada di Kabupaten Pandeglang serta cara-cara menggali potensi tersebut.
            Tujuannya adalah untuk menyamakan sudut pandang dan meningkatkan motivasi dalam pengelolaan potensi Kelautan dan Perikanan yang ada di Kabupaten Pandeglang, dalam rangka daya saing di Propinsi Banten.

BAB  II 
POTENSI KELAUTAN DAN PERIKANAN

2.1 Potensi Sumber Daya Alam (SDA)
Kegiatan pembangunan Kelautan dan Perikanan di Kabupaten Pandeglang diarahkan pada pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya Kelautan dan Perikanan secara optimal dan rasional yang berwawasan agribisnis dengan memperhatikan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan dan hati-hati serta lestari.
Sumber daya alam Kelautan dan Perikanan di Kabupaten Pandeglang cukup potensial, baik potensi penangkapan ikan di laut maupun perikanan budidaya ikan di kolam, sawah ataupun tambak. Berikut potensi dari kelautan  dan perikanan :
Tabel 1.          Potensi Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang dan Pemanfaatannya Tahun 2007 berdasarkan cabang usaha
No.
Cabang Usaha
Potensi
Pemanfaatan
1.
Perikanan Laut
92.917,2 Ton
29.592,3 Ton
2.
Kolam
1.000 Ha
323 Ha
3.
Sawah
15.000 Ha
4.085 Ha
4.
Tambak
3.404,5 Ha
293 Ha.
5.
Karamba
500 Unit
200 Unit
6.
Kolam Air Deras
150 Unit

7.
Jaring Apung
550 Unit
292 Unit
2.1.1        Potensi SDA Kelautan
Besarnya potensi kelautan Kabupaten Pandeglang dapat dilihat dari luasnya wilayah perairan dan panjang pantai, yaitu sebagi berikut : 
 Tabel 2. Kecamatan Pantai dan Panjang Pantai
No.
Nama Kecamatan Pantai
Panjang (Km)
Ket.
1.
Labuan
17 KM

2.
Pagelaran
11 KM

3.
Panimbang
32 KM

4.
Cigeulis
12 KM

5.
Cikeusik
14 KM

6.
Sumur
24 KM

7.
Cibaliung
10 KM

8.
Cimanggu
20 KM

9.
Taman Nasional Ujung Kulon
90 KM
Non Kecamatan

Jumlah
230 KM


Sedangkan nama-nama Desa pantai adalah sebagai berikut:

Tabel  3. Desa Pantai di Kabupaten Pandeglang

No
Nama Desa Pantai
Panjang (Km)
I.
Kecamatan Labuan

17 KM

1
Sukanegara

2
Sukarame

3
Sukajadi

4
Carita

5
Banjarmasin

6
Pejamben

7
Caringin

8
Teluk

9
Cigondang

10
Margasana

B.
Kecamatan Pagelaran
11 KM
1
Margagiri

2
Tegal Papak

3
Cibungur

4
Sidamukti

C.
Kecamatan Panimbang
32 KM
1
Panimbang Jaya

2
Mekarsari

3
Citeureup

4
Tanjung Jaya

D.
Kecamatan Cigeulis
12 KM
1
Banyuasih
12 KM
E.
Kecamatan Sumur
24 KM
1
Sumber Jaya

2
Kertajaya

3
Kertamukti

4
Tunggal Jaya

5
Cogorondong

6
Tamanjaya

7
Ujung Jaya

F.
Kecamatan Cibaliung

10 KM

1
Citeluk

2
Sindang Kerta

3
Kiara Jangkung

4
Kutakarang

G.
Kecamatan Cikeusik
14 KM
1
Tanjungan

2
Cikiruh Wetan

H.
Kecamatan Cimanggu
20 KM
1
Rancapinang


Kecamatan dan Desa pantai tersebut di atas berhadapan dengan laut :

a. Menghadap Samudera Indonesia
: 124 Km

b. Menghadap Selat Sunda

: 106 Km

Selanjutnya banyaknya pulau-pulau yang ada di Kabupaten Pandeglang adalah sebagai berikut :
Tabel 4. Pulau-pulau di Kabupaten Pandeglang dan Luasnya
No.
Nama Pulau
Lokasi
Luas (Ha)
Keterangan
Desa
Kecamatan
1
Pulau Peucang

Sumur
            500
Hutan Lindung
2
Pulau Panaitan

Sumur
         1,080
Hutan Lindung
3
Pulau Handeuleum

Sumur
              60
Hutan Lindung
4
Pulau Boboko

Sumur
                9
Hutan Lindung
5
Pulau Pamagangan

Sumur
                9
Hutan Lindung
6
Pulau Mangir

Sumur
              15

7
Pulau Oar

Sumur
              11

8
Pulau Sumur

Sumur
              12

9
Pulau Umang

Cimanggu
              10

10
Pulau Liwungan

Panimbang
              50

11
Pulau Popole

Labuan
              12

12
Pulau Deli

Cimanggu
            950
Penangkar Kera
13
Pulau Tinjil

Cibaliung
            590
Penangkar Kera

Berdasarkan potensi wilayah perairan laut dan panjang pantai di Kabupaten Pandeglang,  potensi produksi perikanan laut berdasar jenis komoditas dapt dilihat pada tabel dibawah ini :

 Tabel  5.  Potensi Perikanan Berdasarkan Jenis Komoditas

NO.
JENIS KOMODITAS
PERAIRAN UTARA
PERAIRAN SELATAN
1
PELAGIS
    18,363.50
    38,603.62
2
DEMERSAL
    13,897.67
    16,413.68
3
TUNA
               -  
         491.06
4
CAKALANG
               -  
         234.68
5
IKAN KARANG
     1,107.52
         320.45
6
UDANG
     1,822.07
      1,006.75
7
RUMPUT LAUT
        535.90
         120.30
JUMLAH
    35,726.66
    57,190.54
JUMLAH TOTAL
                  92,917.20

Sedangkan nama-nama jenis ikan yang ada di wilayah perairan laut di Kabupaten Pandeglang adalah sebagai berikut :
Tabel 6.  Jenis dan Nama Ikan di wilayah Perairan Laut Kabupaten Pandeglang
NO.
JENIS PERIKANAN LAUT

NAMA JENIS IKAN, UDANG

DAN RUMPUT LAUT

I
PELAGIS BESAR
Cakalang, Tuna (Albakora, Layaran, Mata Belo, Mata besar, Madidihang)




PELAGIS KECIL
Tongkol, Tenggiri, Kembung, Tembang, Layang, Lemuru, Japuh, Selar Bentong,


Selar, Tetengkek, Kuwe/Gerong, Teri, Terubuk, Ikan Terbang/Torani, Sunglir,


Belanak, Golok-golok, Julung-julung, Daun Bambu, Bawal Hitam, Cumi, Sotong.



II
DEMERSAL
Pari, Kuro, Petek, Kurisi, Biji Nangka/Kuniran, Swangi/Rajagantang, Beloso/Jolod,


Gulamah/Tigawaja, Cucut, Gerot-gerot, Manyung, Bawal Putih, Ikan Lidah,


Ikan Sebelah, Nomei.



III
IKAN KARANG
Ekor Kuning/Pisang-pisang, Kerapu, Lencam, Bambangan, Kakap, Baronang,


Ikan Hias, dsb.



IV
RUMPUT LAUT
Kades (Geledium R), Ramukasang (Gucheuma Sp), Lubukasang (Gracilaria Lich),


Agar-agar besar (Eucheuma Edule), Agar-agar Mayang (Glacilaria Con),


Bulung Sutra (Hyp)



V
UDANG
Bago/Windu, Putih/Jrebung, Dogol, Udang Batu, Lobster/Barong dsb.



VI
LAINNYA
Gurita, Kerang Darah, Remis, Simping, Tiram, Penyu, Tripang, Ubur-ubur,


Rajungan dsb.

Untuk memanfaatkan sumber daya kelautan tersebut diatas, armada dan alat tangkap penangkapan yang ada diwilayah Kabupaten  Pandeglang sebagai berikut :




Tabel 7. Potensi Sarana Perikanan Tangkap
Tahun
Perahu tanpa Motor
Motor Tempel
Kapal Motor (GT)
Jumlah Total
Jukung
Kecil
Sedang
Besar
0-5
5-10
10-20
2003
73
75
-
-
121
398
75
-
742
2004
79
77
-
-
115
422
84
-
777
2005
79
77
-
-
115
422
84
-
777
2006
70
72
-
-
112
322
75
-
651
2007
73
70
-
-
110
328
78
-
659

Tabel 8. Potensi Alat Penangkapan Ikan
Alat Tangkap
TAHUN
2003
2004
2005
2006
2007
Payang
78
80
78
72
70
Dogol
52
62
61
50
50
Arad
137
143
176
130
135
Pukat Pantai
27
28
34
25
18
Purse Seine
33
32
32
30
25
Gill Net
74
75
78
72
78
Jaring Rampus
63
61
102
95
98
Jaring Klitik
22
22
22
20
18
Bagan Tancap
200
201
203
200
198
Bagan Rakit
151
156
152
150
158
Pancing
111
111
212
110
128
Gorek
35
35
42
32
35
Serok
25
25
25
20
-
Jumlah
1008
1031
1217
1006
1011

2.1.2  Potensi Perairan Pesisir
1. Ekosistem Mangrove 
Mangrove merupakan salah satu ekosistem tropis yang penting dan khas di kawasan pesisir.  Keberadaan eosistem di kawasan pesisir secara ekologi berfungsi sebagai perangkap sediment, pelindung pantai dari badai dan pengikisan air laut ( abrasi ), sebagai tempat asuhan dan tempat mencari makan  bagi berbagai jenis biota laut.  Secara ekonomis mangrove dapat dimanfaatkan sebagai lahan tambak ikan maupun udang, lobster, sumber bahan baku kertas dan arang, sumber nutrient bagi ekosistem lainnya seperti padang lamun.
Jenis yang ada di wilayah Panimbang jaya adalah jenis Rhizophora spp, Avicenia spp, Sonneratia spp dan  Bruggurierra spp
2.  Ekosistem Lamun
Lamun ( seagrass) adalah tumbuhan berbunga ( Angiopermae ) yang tumbuh dan berkembang biak di lingkungan perairan pesisir mulai dari daerah pasang surut sampai kedalaman 40 meter.  Untuk wilayah panimbang jaya ditemukan disekitar pesisir dengan penyebaran yang tidak merata disepanjang pantai pasang surut dengan kedalaman 0 – 3 meter dengan kondisi 85 % hidup di daerah pasir berlumpur dengan warna substrat putih keabu-abuan dan tidak pekat.
3.          Ekosistem Terumbu Karang
Karang Gundul merupakan komunal karang yang paling luas  dengan luas 1.5 Ha dan memiliki keanekaragaman karang yang cukup indah dan banyak.  Selain daerah Cipanon yang memiliki karang gundul, daerah lainnya adalah wilayah Pulau Badul yang akan dijadikan wilayah konservasi terumbu karang
Tabel 9.  Potensi Terumbu Karang dan Padang Lamun.
No
Kecamatan
Derah Terumbu Karang
Luas (Ha)
Daerah Padang Lamun
Keterangan
1
Labuan
Karang Kabua
50
Karang Kabua


Pulau Popole
Sekeliling blok Karang Kabua +  2 Ha, radius + 1000 meter
Sekeliling Pulau Popole + 12 Ha, radius + 1000 m
2
Pagelaran
Muara Bama
35
-
-
3
Sukaresmi
-
-
-
-
4
Panimbang
Citeureup
Haliwungan

Tanjung Lesung

Batu Hideng
25
47

85

120
-
Pulau Liwungan

Karang Gundul

Kelapa Koneng
-
Sekeliling Pulau Liwungan + 50 Ha, radius + 1000 m
Sekeliling blok Karang Gundul +  2 Ha
Sepanjang pantai 7 km selebar +  3 mil laut
5
Cigeulis
Camara
80
Camara
Sepanjang pantai 5 km selebar +  2 mil laut
6
Sumur
Kramat Mukti

Cihonje

Tunggal Jaya

Cigorondong

Taman Jaya

Ujung Jaya

Pulau Badul
65

50

75

160

275

75

3
Kramat Mukti

Cihonje

Tunggak Jaya

Cigorondong

Taman Jaya

Ujung Jaya

Pulau Badul
Sepanjang pantai 2 km selebar +  2 mil laut
Sepanjang pantai 3 km selebar +  3 mil laut
Sepanjang pantai 2 km selebar + 3 mil laut
Sepanjang pantai 3 km selebar +  3 mil laut
Sepanjang pantai 4 km selebar +  3 mil laut
Sepanjang pantai 3 km selebar +  3 mil laut
Sekeliling Pulau Badul 3 Ha selebar 1000 m
 

2.1.3   Potensi SDA Perikanan Air Tawar /Payau
 Potensi sumber daya alam perikanan di Kabupaten Pandeglang cukup besar yang dapat digali dan dimanfaatkan dalam rangka meningkatkan sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah serta meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat, khususnya pembudidaya ikan yang berusaha pada subsektor budidaya air tawar, payau dan budidaya laut.
 Penggalian potensi tersebut diarahkan guna mengeksploitasi sumber daya alam perikanan dengan pengelolaan yang arif dan bijaksana dan berwawasan lingkungan.      Besarnya potensi sumber daya alam perikanan menurut cabang usaha di Kabupaten Pandeglang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
 Tabel 10.  Potensi Perikanan Budidaya berdasarkan cabang usaha
No.
Cabang Usaha
Potensi
I.
Budidaya Air Tawar :


a.
Kolam
700 Ha

b.
Sawah
4.000 Ha

c.
Karamba
500 Unit

d.
Running Water
150 Unit

e.
Jaring Apung
150 Unit
II.
Budidaya Payau :


a.
b.
Tambak
KJA Budidaya Bandeng
3404,5 Ha
300 Unit
III.
Budidaya Laut :


a.
KJA Budidaya Laut
100 Unit

b.
Kerang Hijau
500 Unit

c.
Rumput Laut
150 Ha

d.
Kerang Darah
100 Ha
IV.
Sungai
835 Km
V.
Danau/Waduk/Situ
60 Ha

Pemanfaatan sumber daya alam perikanan tersebut diatas didukung oleh banyaknya sungai yang mengalir di Kabupaten Pandeglang, yaitu dengan 18 aliran sungai yang mempunyai panjang total 835 Km terbagi menjadi 6 (enam) Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu :  DAS Ciujung, DAS Cidano, DAS Cibungur, DAS Ciliman, DAS Cimandiri dan DAS Cikeruh.
Tabel 11. Aliran Sungai di Kabupaten Pandeglang
No.
Sumber potensial
Kecamatan
Debit (L/dt)
1.
Sungai Cisiih
Cimanggu
45
2.
Sungai Cibaliung
Cibaliung
25
3
Sungai Cikeusik
Cikeusik
225
4
Sungai Cireureuheun
Cigeulis
45
5
Sungai Ciliman
Munjul
1800
6
Sungai Cilemer
Bojong
105
7
Sungai Cibungur
Pagelaran
25
8
Sungai Cibama
Labuan
100
9
Sungai Cilembu
Cimanuk
60
10
Sungai Cicamara
Sumur
-
11
Sungai Cicarita
Labuan
-
12
Sungai Cidano

-
13
Sungai Cihonje

-
14
Sungai Cijaralang

-
15
Sungai Cilabuan
Labuan
-
16
Sungai Cicumaga

-
17
Sungai Cihonje

-
18
Sungai Ciseukeut

-

 Selain potensi sungai, Kabupaten Pandeglang juga mempunyai potensi waduk, situ dan danau yang luasnya mencapai 50 Ha dan  beberapa diantaranya sangat potensial untuk pengembangan budidaya di kolam jaring apung (KJA) seperti Situ Cikeudal dan Situ Gonggong di kecamatan Cikeudal, begitu juga situ-situ yang berada di kecamatan Cibaliung dan Cikeusik.

Tabel 12. Waduk/Situ/Danau di Kabupaten Pandeglang
NO
NAMA WADUK/SITU/DANAU
LOKASI
LUAS (Ha)
1.
Mulya
Banjar
0.5
2.
Cicanggong
Cimanuk
0.5
3.
Cibeuteung Peurih
Saketi
0.4
4.
Cibeureum
Saketi
2
5.
Ciandur
Saketi
3
6.
Cikempong
Menes
2
7.
Kadu Payung
Menes
0.4
8.
Gede
Menes
2
9.
Parongpong
Menes
0.5
10.
Jami
Menes
1.5
11.
Alaswangi
Menes
4.5
12.
Cigambar
Menes
5
13.
Cikeudal
Ckeudal
12
14.
Gonggong
Cikeudal
2
15.
Cukang Sadang
Pagelaran
1
16.
Cihaji
Munjul
2.6
17.
Bendung Cibaliung
Cikeusik
5
18.
Ciloncang
Cikeusik
0.02
19.
Embung
Babakan Cibaliung
0.02
20.
Embung
Cijengkol
0.02
21.
Embung
Cijas iCibaliung
0.02
22.
Ciheucit
Bendung Cibaliung
0.5
23.
Rorah Haur
Cigeulis
0.5
24.
Karang Bolong
Cigeulis
1
25.
Sadang
Cibaliung
0.2
26.
Batu Hideung
Cibaliung
3

Tabel 13. Mata Air di Kabupaten Pandeglang
No
Nama Mata Air
Kecamatan
Debit (L/d)
Ketinggian
1
Cicening
Jiput
102
60
2
Panyaguan
Menes
172
125
3
Citaman
Saketi
477
175
4
Cimajeu
Cimanuk
127
225
5
Cikoromoy
Cimanuk
452
320
6
Cibulakan
Cimanuk
252
320
7
Cipanian
Mandalawangi
199
199
8
Curungkuda
Mandalawangi
132
132

 



Tabel  14. Luas Kolam Ikan Air Tawar di Kabupaten Pandeglang

KECAMATAN
Luas Pokok (Ha)
1.
Sumur
-
2.
Cimanggu
-
3.
Cibaliung
10.00
4.
Cikeusik
-
5.
Cigeulis
5.00
6.
Panimbang
-
7.
Munjul
8.00
8.
Angsana *
-
9.
Picung *
-
10.
Bojong
10.00
11.
Saketi
23.00
12.
Pagelaran
-
13.
Labuan
14.20
14.
Jiput
20.00
15.
Menes
25.00
16.
Mandalawangi
35.00
17.
Cimanuk
62.00
18.
Cipeucang *
-
19.
Banjar
45.80
20.
Kaduhejo *
-
21.
Pandeglang
32.00
22.
Cadasari
30.00
Jumlah
320.00

Tabel  15. Luas Tambak di Kabupaten Pandeglang

KECAMATAN
Luas Pokok (Ha)
Luas Tanam (Ha)
(1)
(2)
(3)
1
Sumur
 -
 -
2
Cimanggu
 -
 -
3
Cibaliung
 -
 -
4
Cikeusik
          79.00
  158.00
5
Cigeulis
 -
 -
6
Panimbang
          95.00
      190.00
7
Munjul
 -
 -
8
Angsana *
 -
 -
9
Picung *
 -
 -
10
Bojong
 -
 -
11
Saketi
 -
 -
12
Pagelaran
          99.00
        198.00
13
Labuan
          18.00
         36.00
14
Jiput
 -
 -
15
Menes
 -
 -
16
Mandalawangi
 -
 -
17
Cimanuk
 -
 -
18
Cipeucang *
 -
 -
19
Banjar
 -
 -
20
Kaduhejo *
 -
 -
21
Pandeglang
 -
 -
22
Cadasari
 -
 -
Kabupaten Pandeglang
        291.00
        582.00

2.2.    Potensi Sumber Daya Manusia
Penduduk  di Kabupaten Pandeglang menurut catatan Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang pada tahun 2006 sebanyak 1.010.731 jiwa  yang terdiri dari laki-laki 515.504 jiwa dan perempuan 495.227 jiwa. Jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) tahun 2007  sebanyak 842 jiwa dengan jumlah Rumah Tangga Buruh Perikanan (RTBP) sebanyak 4.249 jiwa.
Tabel 16. Potensi RTP dan RTBP pada Perikanan Tangkap
Tahun
RTP Pemilik
RTBP
Jumlah
Tetap
Sambilan
Pendatang

2003
843
3654
215
396
5108
2004
855
3951
226
495
5527
2005
855
3864
256
402
5377
2006
840
3645
212
357
5054
2007
842
3668
223
358
5091

Tabel 17. Potensi Rumah Tangga Perikanan  (RTP) dan Rumah Tangga Buruh perikanan     ( RTBP) pada Perikanan Budidaya
TAHUN
KOLAM
SAWAH
KARAMBA
JAPUNG
Tambak
Tradisional
RTP
RTBP
RTP
RTBP
RTP
RTBP
RTP
RTBP
RTP
RTBP
2003
 4,065
3,680
7,515
 5,025
200
200
3
6
  96
192
2004
 4,080
3,690
7,525
 5,040
200
200
3
6
  98
196
2005
 4,080
3,690
7,525
 5,040
200
200
3
6
  98
196
2006
4,050
3,650
7,511
5,020
150
180
3
6
  96
194
2007
4,052
3,660
7,511
5,020
-
-
3
6
  96
194

Dari jumlah RTP dan RTBP  tersebut diatas, selain sifat usahanya perorangan, ada pula usaha dalam bentuk kelompok pembudidaya, yang jumlahnya mencapai lebih kurang 250 kelompok dengan beragam komoditas perikanan budidaya, mulai dari pembenih sampai pembesar, dan sebagian telah mendapat bantuan dari pemerintah, baik dalam bentuk bantuan sarana dan prasarana budidaya maupun dalam bentuk penguatan modal.

Tabel 18. Rumah Tangga Perikanan dan Rumah Tangga Buruh Perikanan.
NO
CABANG USAHA
RTP
RTBP
JUMLAH
1.
Penangkapan
972
5.632
6.604
2.
Kolam
4.065
3.670
7.735
3.
Sawah
7.510
5.015
12.525
4.
Tambak Tradisional
96
192
288
5.
Tambak Intensif
4
-
4
6.
Karamba
200
200
400
7.
Japung
3
6
9
8.
Sungai
520
-
520
9.
Situ
115
-
115

Jumlah
13.478
14.709
28.187

Dalam rangka efektivitas dan efisiensi pelaksanaan penyuluhan bagi para petani ikan dan nelayan, penyuluhan dilakukan melalui kelompok-kelompok yang terdapat di masing-masing kecamatan.

Tabel  19.       Kelompok Pembudidaya dan Nelayan

NO
KECAMATAN
ANGGOTA
KELOMPOK
1.
Pandeglang
224
15
2.
Cadasari
458
14
3.
Banjar
162
14
4.
Cimanuk
270
13
5.
Mandalawangi
390
14
6.
Saketi
245
10
7.
Pagelaran
210

8.
Panimbang
350

9.
Jiput
87
3
10.
Labuan
384

11.
Menes
96
5
12.
Sumur



Jumlah
2.876
88