BAB I
Pendahuluah
Islam telah ,memberikan kebebasan individu
kebebasan untuk menghasilkan mata pencaharian. Bisinis merupakan pekerjaan yang
paling mulia, Memudahkan orang lain dalam proses bisnis,
sekaligus juga memberikan makna mempermudah orang lain, dalam proses mencari
riziki orang tersebut.
Memberikan wajah yang ceria kepada mitra
bisnis maupun kepada customer merupakan teknik jitu merenggut “hati” mereka.
Wajah ceria maupun senyuman ini, bisa berarti makna hakiki namun bisa juga
berarti makna majazi (kiasan). Karena senyuman atau wajah ceria dalam skala
yang lebih besar dapat berupa tampilan tempat usaha atau toko yang “nyaman” dan
menyenangkan bagi pelanggan.
BAB II
Pembahasan
A. Kebebasa
dalam berbisnis dan batasannya
Islam telah ,memberikan kebebasan individu
kebebasan untuk menghasilkan mata pencaharian. A-Qur’an menyatakan :
“Allah telah menghalalkan jual beli” (Q.S
Abaqarah :275)
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka
bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan I gatlah Allah
banyak-banyak supaya kamu beruntung”. (Q.S 62:10)
Dua ayat diatas member kita jelas bahwa
kebebasan bekerja dan berusaha adalah salah satu nprinsip fundamental islam.
Islam tidak hanua memberikan kebebasan memilih bekerja tetapi telah menetapkan
kerja itu sebagai kewajiban untuk menghasilkan mata pencaharian. Dan ini adalah
tugas pemerintah untuk melindungi kebebasan individu untuk menghasilkan mata
pencaharian selama hak itu tidak disalah gunakan.[1]
Al-Quran menguraikan sekian banyak
bisnis,bahkan kitab suci itu menggunakan istilah-istilah bisnis, dalam
interaksi manusia dengan Tuhan sebagaimana akan penulis jelaskan dalam bagian
yang akan datang.
Nabi Muhammad saw. sebelum diangkat menjadi
Nabi dan berkonsentrasi menyampaikan da’wah islam, melakukan aneka kegiatan
bisnis. Setelah menjadi Nabi Beliau tetap menganjurakan umatnya melakukan
kegiatan tersebut. Ini karena Al-Qur’an menganjurkan itu.
Tidak ditemukan celaan menyangkut harta dan
upaya memilikinya kecuali bila meraihnya dengan cara yang tidak sah, dan bila
ia melengahkan pemiliknya, atua bila ia digunakan secara batil.
Dari sini islam memperingatkan manusia agar
tidak terperdaya olehnya Rasulullah saw. Bersabda:
Setiap
umat ada bahan ujiannya dan bahan ujian umatku adalah harta benda. (HR.
at-Tirmidzi melalui Ka’ab bin ‘Iyadh)
Atas dasar ini, al Qur’an san Sunnah
menetapkan ketentuan-ketentuan yang dapat menjamin siapa yang mengindahkannya
untuk tidak terjerumus dalam kesulitan duniawi dan ukhrawi bahkanmenjamin
kesejahteraan dan kebahagiaan dunia akhirat.
Tentusaja tidak semua kegiatan ekonomi/bisnis
dirinci oleh al-Qur’an, karena persoalan ini sangat luas perkembangannya dari
masa ke masa. Dalam mennaganbi seluruh masalah kehidupan, islam menekankan sisi
moralitas, karena itu hokum-hukum yang ditetapkan Allah, termasuk dalam aspek
ekonomi/bisnis, selalu dikaitkan-Nya dengan moral yang melahirkan hubungan
timval balik yang harmonis. Peraturan, syarat yang mengikat serta sngksi yang
menanti, merupakan hal yang berkaitan dengan bisnis, dan diatas ketiga hal
tersebut ada etika. Dalam hal moral ini setidaknya bisa dilihat pada pesan Nabi
saw.[2]
“Tidak
dibenarkan merugikan diri sendiri tidak juga orang lain. (HR. Ibnu Majah)”
B. Hadits-hadits
tentang bisnis dan penafsirannya
1. Bisinis merupakan pekerjaan yang paling
mulia.
Dalam hadits diriwayatkan :
سُئِلَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَفْضَلِ الْكَسْبِ فَقَالَ بَيْعٌ
مَبْرُورٌ وَعَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ (رواه أحمد)
Dari Hani’ bin Nayar bin Amru ra
berkata, bahwa Nabi Muhammad SAW ditanya mengenai pekerjaan yang paling mulia.
Beliau menjawab, ‘Jual beli (bisnis) yang mabrur (sesuai syariat dan tidak
mengandung unsur tipuan dan dosa) dan pekerjaan yang dilakukan seseorang dengan
kedua tangannya.” (HR. Ahmad)
2.
Pelaku bisnis yang jujur dan amanah
Akan dikumpulkan kelak di akhirat bersama para nabi, shiddiqin dan
syuhada’. Sedang mereka semua di akhirat tidak memiliki tempat melainkan di
surga. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda :
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ التَّاجِرُ الصَّدُوقُ اْلأَمِينُ مَعَ
النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ (رواه الترمذي)
Dari Abu Sa’id ra, dari Nabi Muhammad
SAW bersabda, “Seorang pebisnis yang jujur lagi amanah, maka ia akan bersama
para nabi, shiddiqin dan syuhada’. (HR. Turmudzi)
3.
Memudahkan Customer Dalam Bisnis
Memudahkan orang lain dalam ketiga proses bisnis, sekaligus juga
memberikan makna mempermudah orang lain, dalam proses mencari riziki orang
tersebut. Dan hal ini, sangat sejalan dengan hadits :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً
مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ
الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي
الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا
وَاْلآخِرَةِ وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ
أَخِيهِ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa
Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang membebeaskan seorang mu’min dari
himpitan kehidupan di dunia, maka Allah akan membebaskannya kelak dari himpitan
di hari akhir. Dan barang siapa yang memudahkan orang yang sedang dalam
kesulitan, maka Allah akan memudahkannya kesulitannya di dunia dan di akhirat.
Dan barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah pun akan menutupi
aibnya di dunia dan di akhirat. Dan Allah akan selalu menolong seorang hamba,
selagi hamba tersebut selalu menolong saudaranya. (HR. Muslim)
4. Memberikan senyuman.
Selain menganjurkan mengucapkan salam,
kita juga dianjurkan untuk memberikan “senyuman” atau menampakkan wajah yang
ceria dan bahagia, khususnya ketika bertemu dengan mitra bisnis (walaupun makna
utama dari hadits ini adalah memberikan senyuman secara umum kepada saudara
muslim). Dalam sebuah hadits digambarkan :
عَنْ أَبِي ذَرٍّ
قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَبَسُّمُكَ فِي
وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ وَأَمْرُكَ بِالْمَعْرُوفِ وَنَهْيُكَ عَنْ
الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَإِرْشَادُكَ الرَّجُلَ فِي أَرْضِ الضَّلَالِ لَكَ
صَدَقَةٌ وَبَصَرُكَ لِلرَّجُلِ الرَّدِيءِ الْبَصَرِ لَكَ صَدَقَةٌ وَإِمَاطَتُكَ
الْحَجَرَ وَالشَّوْكَةَ وَالْعَظْمَ عَنْ الطَّرِيقِ لَكَ صَدَقَةٌ وَإِفْرَاغُكَ
مِنْ دَلْوِكَ فِي دَلْوِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ (رواه الترمذي)
Dari Abu Dzar ra berkata, bahwa
Rasulullah SAW bersabda, “Senyumanmu terhadap saudaramu adalah shadaqah bagimu,
amar ma’ruf dan nahi mungkarmu adalah shadaqah, menunjukkan jalan pada orang
yang tersesat adalah shadaqah, membantu penglihatan pada orang yang
pandangannya lemah adalah shadaqah, menyingkirkan batu, duri dan tulang dari
jalanan adalah shadaqah, menuangkan air dari timba ke timba saudara kita adalah
shadaqah.” (HR. Turmudzi)
Memberikan wajah yang ceria kepada mitra bisnis maupun kepada customer
merupakan teknik jitu merenggut “hati” mereka. Wajah ceria maupun senyuman ini,
bisa berarti makna hakiki namun bisa juga berarti makna majazi (kiasan). Karena
senyuman atau wajah ceria dalam skala yang lebih besar dapat berupa tampilan
tempat usaha atau toko yang “nyaman” dan menyenangkan bagi pelanggan. Di
samping juga tentunya para petugas, pelayan ataupun pegawai yang senantiasa
memberikan senyuman secara makna yang hakikinya.
5. Itqan
Secara bahasa, itqan berarti mengerjakan sesuatu dengan sempurna. Namun
dalam beberapa hal, itqan juga sering diterjemahkan dengan profesional,
melampaui target, tuntas dsb. Dasar dari itqan ini adalah sebuah riwayat dari
Imam Thabrani :
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا، أَنَّ
رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : إِنَّ اللهَ يُحِبُّ
إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلاً أَنْ يُتْقِنَهُ (رواه الطبراني)
Dari Aisyah ra, bahwasanya Rasulullah
SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah SWT mencintai seorang hamba yang apabila ia
mengerjakan sesuatu, ia mengerjakannya dengan itqan.” (HR. Thabrani).
Itqan jika dikaitkan dengan dunia
produksi adalah bagaimana memproduksi suatu barang dengan “sempurna”, mulai
dari bentuknya, komposisinya, kualitasnya, hingga kepada pengemasannya. Semua
dilakukan dengan baik dan sempurna. Sedangkan dalam marketing, itqon bisa
diterjemahkan dengan penjualan prodok minimal mencapai targetnya, atau bahkan
melampaui targetnya. Itqan dalam bekerja adalah bagaimana pekerjaan yang
dilakukan seseorang tuntas, selesai, rapi, dan tidak menimbulkan permasalahan
lainnya. Demikian seterusnya. Dan dalam berbisnis secara umum, itqan dapat
diterjemahkan dengan usaha yang maksimal, baik dalam memproduksi, menjual,
mengemas, membina hubungan baik dengan mitra bisnis maupun dengan customer,
termasuk itqan dalam memahami aspek-aspek syariah ketika berbisnis.[3]
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Al-Quran menguraikan sekian banyak bisnis, bahkan kitab
suci itu menggunakan istilah-istilah bisnis,
Selain memberikan kebebasan dalam bisnis, Al-Qur’an juga
memberikan batasan-batasan dalam berbisnis. Adapun batasan dan aturan dalam
bisnis adalah:
1. Bisinis merupakan pekerjaan yang paling
mulia.
2. Pelaku bisnis yang jujur dan amanah
3. Memudahkan Customer Dalam
Bisnis
4. Memberikan senyuman.
5. Itqan
B. Daftar pustaka
Ø Ismail, Keuangan dan investasi syariah, Sketsa, Cet. Pertama 2010.
Ø M. Quraish
Shihab Berbisnis Dengan ALLAH.Lentera
Hati. Ciputat Tangerang, September 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih