Kamis, 17 Mei 2012

Hadits-hadits etika bisnis dan penafsirannya


BAB I
Pendahuluah
Islam telah ,memberikan kebebasan individu kebebasan untuk menghasilkan mata pencaharian. Bisinis merupakan pekerjaan yang paling mulia, Memudahkan orang lain dalam proses bisnis, sekaligus juga memberikan makna mempermudah orang lain, dalam proses mencari riziki orang tersebut.
Memberikan wajah yang ceria kepada mitra bisnis maupun kepada customer merupakan teknik jitu merenggut “hati” mereka. Wajah ceria maupun senyuman ini, bisa berarti makna hakiki namun bisa juga berarti makna majazi (kiasan). Karena senyuman atau wajah ceria dalam skala yang lebih besar dapat berupa tampilan tempat usaha atau toko yang “nyaman” dan menyenangkan bagi pelanggan.











BAB II
Pembahasan
A.    Kebebasa dalam berbisnis dan batasannya
Islam telah ,memberikan kebebasan individu kebebasan untuk menghasilkan mata pencaharian. A-Qur’an menyatakan :
“Allah telah menghalalkan jual beli” (Q.S Abaqarah :275)
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan I gatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”. (Q.S 62:10)
Dua ayat diatas member kita jelas bahwa kebebasan bekerja dan berusaha adalah salah satu nprinsip fundamental islam. Islam tidak hanua memberikan kebebasan memilih bekerja tetapi telah menetapkan kerja itu sebagai kewajiban untuk menghasilkan mata pencaharian. Dan ini adalah tugas pemerintah untuk melindungi kebebasan individu untuk menghasilkan mata pencaharian selama hak itu tidak disalah gunakan.[1]
Al-Quran menguraikan sekian banyak bisnis,bahkan kitab suci itu menggunakan istilah-istilah bisnis, dalam interaksi manusia dengan Tuhan sebagaimana akan penulis jelaskan dalam bagian yang akan datang.
Nabi Muhammad saw. sebelum diangkat menjadi Nabi dan berkonsentrasi menyampaikan da’wah islam, melakukan aneka kegiatan bisnis. Setelah menjadi Nabi Beliau tetap menganjurakan umatnya melakukan kegiatan tersebut. Ini karena Al-Qur’an menganjurkan itu.
Tidak ditemukan celaan menyangkut harta dan upaya memilikinya kecuali bila meraihnya dengan cara yang tidak sah, dan bila ia melengahkan pemiliknya, atua bila ia digunakan secara batil.
Dari sini islam memperingatkan manusia agar tidak terperdaya olehnya Rasulullah saw. Bersabda:


Setiap umat ada bahan ujiannya dan bahan ujian umatku adalah harta benda. (HR. at-Tirmidzi melalui Ka’ab bin ‘Iyadh)
Atas dasar ini, al Qur’an san Sunnah menetapkan ketentuan-ketentuan yang dapat menjamin siapa yang mengindahkannya untuk tidak terjerumus dalam kesulitan duniawi dan ukhrawi bahkanmenjamin kesejahteraan dan kebahagiaan dunia akhirat.
Tentusaja tidak semua kegiatan ekonomi/bisnis dirinci oleh al-Qur’an, karena persoalan ini sangat luas perkembangannya dari masa ke masa. Dalam mennaganbi seluruh masalah kehidupan, islam menekankan sisi moralitas, karena itu hokum-hukum yang ditetapkan Allah, termasuk dalam aspek ekonomi/bisnis, selalu dikaitkan-Nya dengan moral yang melahirkan hubungan timval balik yang harmonis. Peraturan, syarat yang mengikat serta sngksi yang menanti, merupakan hal yang berkaitan dengan bisnis, dan diatas ketiga hal tersebut ada etika. Dalam hal moral ini setidaknya bisa dilihat pada pesan Nabi saw.[2]
                                    
“Tidak dibenarkan merugikan diri sendiri tidak juga orang lain. (HR. Ibnu Majah)”

B.     Hadits-hadits tentang bisnis dan penafsirannya

1.      Bisinis merupakan pekerjaan yang paling mulia.
 Dalam hadits diriwayatkan :
سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَفْضَلِ الْكَسْبِ فَقَالَ بَيْعٌ مَبْرُورٌ وَعَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ (رواه أحمد)
Dari Hani’ bin Nayar bin Amru ra berkata, bahwa Nabi Muhammad SAW ditanya mengenai pekerjaan yang paling mulia. Beliau menjawab, ‘Jual beli (bisnis) yang mabrur (sesuai syariat dan tidak mengandung unsur tipuan dan dosa) dan pekerjaan yang dilakukan seseorang dengan kedua tangannya.” (HR. Ahmad)
2.       Pelaku bisnis yang jujur dan amanah
Akan dikumpulkan kelak di akhirat bersama para nabi, shiddiqin dan syuhada’. Sedang mereka semua di akhirat tidak memiliki tempat melainkan di surga. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda :
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ التَّاجِرُ الصَّدُوقُ اْلأَمِينُ مَعَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ (رواه الترمذي)
Dari Abu Sa’id ra, dari Nabi Muhammad SAW bersabda, “Seorang pebisnis yang jujur lagi amanah, maka ia akan bersama para nabi, shiddiqin dan syuhada’. (HR. Turmudzi)
3.      Memudahkan Customer Dalam Bisnis
Memudahkan orang lain dalam ketiga proses bisnis, sekaligus juga memberikan makna mempermudah orang lain, dalam proses mencari riziki orang tersebut. Dan hal ini, sangat sejalan dengan hadits :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang membebeaskan seorang mu’min dari himpitan kehidupan di dunia, maka Allah akan membebaskannya kelak dari himpitan di hari akhir. Dan barang siapa yang memudahkan orang yang sedang dalam kesulitan, maka Allah akan memudahkannya kesulitannya di dunia dan di akhirat. Dan barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah pun akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Dan Allah akan selalu menolong seorang hamba, selagi hamba tersebut selalu menolong saudaranya. (HR. Muslim)
4.      Memberikan senyuman.
Selain menganjurkan mengucapkan salam, kita juga dianjurkan untuk memberikan “senyuman” atau menampakkan wajah yang ceria dan bahagia, khususnya ketika bertemu dengan mitra bisnis (walaupun makna utama dari hadits ini adalah memberikan senyuman secara umum kepada saudara muslim). Dalam sebuah hadits digambarkan :
عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ وَأَمْرُكَ بِالْمَعْرُوفِ وَنَهْيُكَ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَإِرْشَادُكَ الرَّجُلَ فِي أَرْضِ الضَّلَالِ لَكَ صَدَقَةٌ وَبَصَرُكَ لِلرَّجُلِ الرَّدِيءِ الْبَصَرِ لَكَ صَدَقَةٌ وَإِمَاطَتُكَ الْحَجَرَ وَالشَّوْكَةَ وَالْعَظْمَ عَنْ الطَّرِيقِ لَكَ صَدَقَةٌ وَإِفْرَاغُكَ مِنْ دَلْوِكَ فِي دَلْوِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ (رواه الترمذي)
Dari Abu Dzar ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Senyumanmu terhadap saudaramu adalah shadaqah bagimu, amar ma’ruf dan nahi mungkarmu adalah shadaqah, menunjukkan jalan pada orang yang tersesat adalah shadaqah, membantu penglihatan pada orang yang pandangannya lemah adalah shadaqah, menyingkirkan batu, duri dan tulang dari jalanan adalah shadaqah, menuangkan air dari timba ke timba saudara kita adalah shadaqah.” (HR. Turmudzi)
Memberikan wajah yang ceria kepada mitra bisnis maupun kepada customer merupakan teknik jitu merenggut “hati” mereka. Wajah ceria maupun senyuman ini, bisa berarti makna hakiki namun bisa juga berarti makna majazi (kiasan). Karena senyuman atau wajah ceria dalam skala yang lebih besar dapat berupa tampilan tempat usaha atau toko yang “nyaman” dan menyenangkan bagi pelanggan. Di samping juga tentunya para petugas, pelayan ataupun pegawai yang senantiasa memberikan senyuman secara makna yang hakikinya.
5.      Itqan
Secara bahasa, itqan berarti mengerjakan sesuatu dengan sempurna. Namun dalam beberapa hal, itqan juga sering diterjemahkan dengan profesional, melampaui target, tuntas dsb. Dasar dari itqan ini adalah sebuah riwayat dari Imam Thabrani :
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : إِنَّ اللهَ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلاً أَنْ يُتْقِنَهُ (رواه الطبراني)
Dari Aisyah ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah SWT mencintai seorang hamba yang apabila ia mengerjakan sesuatu, ia mengerjakannya dengan itqan.” (HR. Thabrani).
Itqan jika dikaitkan dengan dunia produksi adalah bagaimana memproduksi suatu barang dengan “sempurna”, mulai dari bentuknya, komposisinya, kualitasnya, hingga kepada pengemasannya. Semua dilakukan dengan baik dan sempurna. Sedangkan dalam marketing, itqon bisa diterjemahkan dengan penjualan prodok minimal mencapai targetnya, atau bahkan melampaui targetnya. Itqan dalam bekerja adalah bagaimana pekerjaan yang dilakukan seseorang tuntas, selesai, rapi, dan tidak menimbulkan permasalahan lainnya. Demikian seterusnya. Dan dalam berbisnis secara umum, itqan dapat diterjemahkan dengan usaha yang maksimal, baik dalam memproduksi, menjual, mengemas, membina hubungan baik dengan mitra bisnis maupun dengan customer, termasuk itqan dalam memahami aspek-aspek syariah ketika berbisnis.[3]






BAB III
Penutup
A.    Kesimpulan
Al-Quran menguraikan sekian banyak bisnis, bahkan kitab suci itu menggunakan istilah-istilah bisnis,
Selain memberikan kebebasan dalam bisnis, Al-Qur’an juga memberikan batasan-batasan dalam berbisnis. Adapun batasan dan aturan dalam bisnis adalah:
1.      Bisinis merupakan pekerjaan yang paling mulia.
2.       Pelaku bisnis yang jujur dan amanah
3.      Memudahkan Customer Dalam Bisnis

4.      Memberikan senyuman.
5.      Itqan




B.     Daftar pustaka
Ø  Ismail, Keuangan dan investasi syariah,  Sketsa, Cet. Pertama 2010.

Ø  M. Quraish Shihab Berbisnis Dengan ALLAH.Lentera Hati. Ciputat Tangerang, September 2008.



[1] Ismail, Keuangan dan investasi syariah,  Sketsa, Cet. Pertama 2010, Hal. 99
[2]M. Quraish Shihab Berbisnis Dengan ALLAH.Lentera Hati. Ciputat Tangerang, September 2008, hl. 17

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih